Featured Slider

Merayakan Menjadi Ibu



Momen menjadi Ibu seringkali membuatku termenung. Lama. Ada perasaan-perasaan yang aku sendiri bingunh mendefinisikan. Apakah marah? Apakah capek? Apakah merasa cukup? Atau bahkan perasaan lainnya yang lagi-lagi membuatku bingung mendefinisikannya sebagai apa. Tapi rasa itu utuh ada.

Aku ingin egois makan dan minum dengan nyaman, tapi di saat bersamaan merasa bersalah ketika salah satu dari mereka minta ditemani main. Aku yang jangankan menyisir rambut, bahkan mandi saja sering jamak qasar. Mata terpejam tapi kepala lari kemana-mana.

Ketika nadaku sudah melengking, tubuhku terasa linu, aku duduk dan menata napas. Anak-anak hanya menuntut haknya, tempat ternyaman adalah aku sebagai Ibunya. Aku menangis entah yang ke berapa kali, merasa bersalah yang brengsek sekali hadir tanpa permisi. 

2 bulan terakhir, anak-anak gantian sakit. Rata. Satu, dua dan tiga. Padahal aku sudah berusaha menjaga asupan makan, minum dan vitamin yang katanya tidak murah. Tapi imunnya ambyar juga. Memeluk Ben ketika disuntik, memberi pengertian Ray yang nego tidak mau minum obat, memerah asi buat Sea di ujung capek kerja. Roda hidupku 24 jam rasanya tidak cukup. Pagi ke pagi lagi. 

Di ujung Desember, aku bertanya: Setahun ini aku ngapain aja? Aku memungut satu per satu rasa percaya diri. Menikmati rasa lelah dan syukur dalam waktu bersamaan. Meminta mudah alih-alih kuat untuk membuka dan menutup hari membersamai mereka sebagai Ibu.

Aku masih memakai daster, setelah memberi UAS 2 kelas sambil menyuapi ketiganya. Badanku, pikiranku, rasaku valid semua. 


Semoga Allah memeluk dan memberikan puk-puk. Selamat hari Ibu! :)

Read More »

Agar Berkendara Motor Lebih Aman dan Nyaman


"Kamu itu, setang motor nggak presisi, masih aja dipake. Besok diservis!"

Kalimat Kakak lelaki saya yang ketus setelah memakai motor saya yang menurutnya tidak nyaman. Padahal menurut saya sih, oke-oke saja. Wkwkwk. Kapan terkahir servis motor? *lalu hening*.

***

"Sayang, ini terakhir ganti oli kapan?"

"Kayaknya aki-nya tekor nih, lupa matiin mesin ya?"

"Kok ban depan sama ban belakang kempes lagi. Bocor ya?"

"Remnya seret banget. Udah diservis belum sih?"

Pertanyaan dan pernyataan di atas adalah dari suami saya yang tidak kalah rewel setelah memakai motor saya. Entah kenapa ya, soal motor, laki-laki cenderung pereksionis. Padahal menurut saya masih bisa dipakai dan nyaman-nyaman saja. Tapi ternyata demi kemaslahatan keluarga, saya harus meningkatkan kepekaan untuk merawat motor yang menjadi alat transportasi sehari-hari. Tidak hanya soal kenyamanan, tapi juga sekaligus keamanan. 

Meluangkan Servis Motor Rutin

Jadi, beberapa waktu lalu, ban motor bagian depan dan belakang saya bocor. Tapi saya nggak ngeh dan masih saya pakai untuk mobilitas kemana-mana. Pas dipakai suami, belum ada beberapa menit pergi kok balik lagi, ternyata beliau mengeluhkan kalau ban depan-belakang bocor. Saya tanpa rasa bersalah kekeuh kalau ban tersebut hanya kempes, nggak bocor. 

Akhirnya suami cek keseluruhan dan kali ini saya lagi-lagi yang keliru. Bannya memang bocor, remnya seret, akinya mati dan harus ganti oli. Sebagai bukti nyata untuk meningkatkan kepekaan merawat motor, saya berjanji meluangkan servis motor rutin. Saya sudah dibekali beberapa hal oleh suami agar nanti disampaikan pada mekaniknya saat servis motor. Harus cek saluran baha bakar, kondisi rem yang seret, kondisi mesin, oli mesin, oli gardan dan ban. Sebelumnya saya hanya paham oli motor matic saja, tapi sekarang saya sudah paham beberapa hal *ehm!

Nah, biar tidak lupa, setidaknya ada 8 hal ini yang saya catat, setidaknya tiap bulan bisa saya baca dan buka lagi tiap mau servis motor rutin. Here we go:

1. Oli Mesin

Oli mesin fungsinya sebagai pelumas, pendingin dan pelindung mesin. Saya jadi ingat insiden mau ganti oli ternyata olinya kering, huhu. Ketahuan banget saya nggak rutin servis motor. Jadi, biar aman dan nyaman, oli perlu diganti sesuai jarak tempuh yang tercapai. Rata-rata pabrikan merekomendasikan penggantian oli 2500 km. Biaya yang harus dibayar meliputi biaya pembelian oli, yang harganya tergantung merek olinya, dan biaya jasa ganti olinya.

Btw, beberapa tahun terakhir sudah ada pabrikan otomotif yang memberikan rekomendasi penggantian sampai 5000 km, 2x lebih lama dari oli biasanya. Hal ini dikarenakan oli yang dipasarkan telah menggunakan teknologi ester. Klaim ini wajar karena memang ini adalah base oil tertinggi di kelasnya. Hal ini sekaligus kabar yang menyejukkan untuk saya karena bisa lebih lama untuk jadwal servisnya *kalem :).

2. Oli Gardan

Buat pengguna setia motor matic wajib rutin ganti oli gardan *note to my self*. Karena fungsi penting oli gardan untuk melumasi gear yang ada di continuously variable transmission (CVT). Biar mudah mengingatnya, penggantian oli gardan ini adalah setelah 2x ganti oli mesin. Jadi setelah 2x ganti oli mesin, kemudian dibarengi dengan 1x ganti oli gardan.

3. Busi

Spare part motor ini berfungsi untuk mengubah aliran listrik koil menjadi percikan api, sehingga mesin dapat menyala. Jika busi tidak berfungsi dengan baik, hal ini akan menyebabkan motor sulit dinyalakan. Jadi, ketika servis juga wajib melakukan pengecekan busi, perlu diganti atau tidak.

4. Kampas Rem

Bagian ini krusial sekali karena berkaitan dengan keamanan dan keselamatan dalam berkendara. Saya pernah tidak peka saat kampas rem motor saya habis, huhu. Alhamdulillah suami selalu melakukan pengecekan berkala dan lagi-lagi mengingatkan kalau motor sudah waktunya untuk diservis. FYI, kalau kampas rem motor sudah tipis, rem pun jadi kurang pakem, dan ini bisa menyebabkan bahaya kecelakaan. Makanya, pastikan bagian ini juga dilakukan pengecekan ketika servis motor rutin.

5. Filter Udara

Honestly, saya kurang paham tentang bagian ini, tapi menurut suami, filter udara fungsinya tidak kalah penting dari bagian lainnya karena berfungsi untuk mneyaring udara yang masuk ke ruang pembakaran sehingga mencegah adanya kotoran yang masuk yang dapat menyebabkan penyumbatan sistem injeksi dan karburator. Biasanya pemeriksaan ini akan dilakukan terlebih dahulu di tahap awal sebelum mekanik memutuskan apakah filter udara masih bisa dibersihkan dipakai lagi atau harus diganti.

6. Aki

Yang sering lupa matiin kunci motor unjuk tangan, wkwkwk. Hal itu bisa menyebabkan aki tekor. Tegangan pada aki idealnya berada pada 12,3-12,6 Volt dalam kondisi mesin motor mati. Sementara jika mesin motor menyala, maka tegangan aki berada pada 13,7 - 14,2 Volt. Nah, kalau tegangan aki tidak sesuai dengan ketentuan tersebut, maka ada kebocoran atau kondisi terminal berkarat. Jadi, mekanik harus melakukan pemeriksaan mendetail. Kondisi aki yang sudah tidak layak harus segera diganti agar bisa berkendara motor dengan aman dan nyaman.

7. Ban

Pemeriksaan ban juga penting banget dilakukan secara berkala. Ngeri banget kalau kejadian ban selip, n'udzubillah. Kemarin saya nggak sadar kalau ban depan dan belakang ternyata bocor, huhu. Kirain cuma kempes doang. Makanya setelah itu, saya selalu memeriksa kondisi ban sebelum bepergian. Ketika servis motor pun biasanya mekanik akan fokus memeriksa tekanan udara di dalam ban. Selain itu kondisi ban secara keseluruhan, apakah bannya gundul atau tidak, masih layak pakai atau perlu diganti.

8. Tune Up Motor Rutin

Servis motor tune up adalah servis berkala yang dilakukan secara rutin yang meliputi semua komponen motor. Terutama komponen yang berkaitan dengan performa motor secara keseluruhan. Mekanik akan memeriksa tekanan ban, kondisi lampu, membersihkan saringan udara, tegangan rantai, rem dan klakson. Biasanya sih, tune up disertai dengan ganti oli mesin, oli gardan atau penggantian spare part. Pengalaman saya sebelumnya, mekanik akan menginformasikan terlebih dahulu kondisi motor bagian mana yang perlu diganti dan biayanya, ketika saya oke, maka mekanik akan langsung melakukan perbaikan.

Bengkel Servis Motor Terbaik

Demi berkendara motor yang lebih aman dan nyaman, saya mencari bengkel servis yang terbaik. Salah satu bengkel yang saya andalkan adalah Planet Ban. Di bengkel ini terkenal dengan sistem servis terpadu. Tujuan servis ini adalah mengupgrade motor atau meningkatkan performa dan ketahanan motor dengan cara yang tepat dan biayanya lebih terjangkau. Sehingga saya mendapatkan servis motor rasa mesin baru. Jadi, fokus pemeriksaan dan perbaikannya adalah pada servis motor rasa baru, yaitu bagian vital yang letaknya tersembunyi dan jarang diservis, termasuk jarang dicek dan disetel rutin.

Di Planet Ban menggunakan oli dan cairan khusus berteknologi tinggi sehingga dapat meningkatkan performa motor dan memproteksi memsin. Otomatis mesin jadi lebih awet dan jarang rusak. Jatuhnya lebih hemat kan. Selain itu, jika dipadukan dengan penggunaan sparepart asli, maka pemakaian menjadi lebih nyaman, tahan lama, mesin dingin dan tarikannya enteng. Gas yuk!

Yang bikin saya makin jatuh cinta, ganti oli cukup setiap mencapai jarak tempuh 5000 km saja. Jadi, saya cukup ganti oli antara 4-6 bulan sekali, sehingga nggak perlu sering ke bengkel dan saya bisa berhemat biaya servis. Nah, saya bisa ikut andil dalam menjaga lingkungan hidup karena emisi dan polusi motor jadi berkurang.

Keunggulan Servis Motor di Planet Ban

Kalau servis di tempat lain sebelum kenal Planet Ban, biasanya ada bagian motor yang masih banyak kotoran, debu dan sisa pembakaran yang tertinggal, huhuhu. Bahkan yang bikin sedih, suami saya sering menemukan kotoran dan debu di blok CVT yang membuat tarikan motor menjadi terasa berat. Untung sudah kenalan sama Planet Ban!

Keunggulan Planet Ban, ketika melakukan servis motor rutin, maka seluruh bagian mesin akan dibersihkan hingga seperti mesin baru. Mulai dari kepala silinder, blok CVT, klep mesin, piston, throttle body dan semua bagian mesinnya bersih dari sisa-sisa pembakaran, debu dan kotoran. Nggak salah kalau setelah servis jadi kayak naik "motor baru", karena memang mesinnya diupgrade. Hasilnya, tarikan jadi lebih enteng, emisi turun lebih dari 70%, lebih hemat BBM dan mesin jadi bersih total.

Dengan keunggulan itu, harga servisnya saaaaangat terjangkau. Dengan servis selengkap itu di Planet Ban, saya pikir harganya mahal, tapi ternyata tidak! Mekaniknya pun kooperatif menjelaskan dengan bahasa yang saya mengerti. Nah, untuk servis motir injeksi, harganya 20.000, servis CVT sekaligus rantainya, 19.500, bahkan servis throttle hanya dibandrol 20.000 saja.

Nah, teman-teman sudah tahu kan tips agar berkendara motor lebih aman dan nyaman adalah dengan servis motor rutin untuk memastikan bagian-bagian mana saja yang perlu diservis. Kalian juga bisa coba ke Planet Ban untuk mendapatkan layanan terbaik untuk servis motor rasa baru dengan harga yang terjangkau.



Read More »

Momen Istimewa Idul Adha

Entah mulai kapan saya merasakan hampa tentang memaknai momen takbir idul fitri maupun idul adha. Ketika semuanya merasa sedih dan mengharu biru karena khusuk dengan takbirnya. Saya justru sedih karena sebaliknya. Saya merasa sedih karena tidak punya perasaan haru dan kesakralannya *cry*. 


Berkali-kali saya berdoa kepada Allah, semoga saya diberikan perasaan "hangat" itu lagi ketika momen takbir. Mendamba puasa ramadan ataupun puasa arafah. Sehingga, ketika meneguk buka puasa sambil takbir dengan sukacita. Dan pada akhirnya doa itu terkabul melalui anak-anak saya. Saya sampai tergugu. Haru. Karena perasaan itu berdesir. Perasaan memiliki dan kembali memaknai tentang idul adha itu apa.

Takbir yang bermakna

Ray merasa gelisah sejak sore. Dia mencari-cari teman untuk takbir. Di benaknya, takbir akan meriah keliling kampung seperti waktu idul fitri. 

"Kalau idul adha memang kayaknya ga takbir keliling deh, Mas Ray", setelah saya bilang demikian, ada raut kecewa. Dan saya menangkap sinyal itu. Saya tidak mengabaikan perasaannya. Sore hari, Ray diajak keliling naik motor sama papinya. Sepulang dari itu, dia menanyakan hal yang sama. Mendamba suasana idul adha seperti momen sebelumnya. Takbir yang bermakna baginya.

Entah kenapa, saya meneteskan air mata. Ikut merasakan makna itu. Sederhana. Setelah lama perasaan ini hilang. Tapi kini hadir dan ada. Iya, takbir yang bermakna.

Selepas isya, Ray tertidur di sofa. Saya memindahkan ke kamar sambil memeluknya. Malam itu, saya membisikkan takbir dan memeluknya erat-erat. 

Keesokan harinya, Ray dan Ben semangat sekali melihat sapi dan kambing mau disembelih. Tapi ternyata jadwal sembelihnya adalah esok hari lagi karena hari itu untuk salat idul adha (salatnya ada 2x). Malam hari ada takbir lagi, Ray dan Ben mengerjap-ngerjap mau ikut. Tidak ada takbir keliling, tapi mereka ikut menirukan takbir di masjid.

Papinya berkeliling, agar semangat takbir Ray sama Ben ikut menggema. Melihat euforia mereka berdua seakan mengingatkan masa kecil saya. Setiap idul fitri dan idul adha, selalu semangat merayakan kemenangan. Semangat menuntaskan puasa. Puasa ramadan dan puasa arafah. Jadi kali ini saya tidak ingin memadamkan hasrat mereka.


*Keesokan harinya*

Lagi, sepertinya tahun ini Ray dan Ben sudah mengerti. Saya pelan-pelan cerita tentang makna berkurban. Sampai pada momen ketika Ray ingin membeli 1000 sapi buat disembelih. 



Nak, semoga Allah ridho ya.

Read More »

Post Partum Depression Warior

2022 seperti roll coaster buat saya. Fisik dan psikis saya ditempa. Rasanya tiap pagi isinya hanya keluh kesah *cry*.

Belajar menjadi Ibu sepanjang masa

Saya belum sempat menceritakan tentang persalinan Sea. Bahkan Sea juga sudah disunat pun belum sempat mendokumentasikannya seperti Ray dan Ben. Bukan karena tidak mau, tapi setelah melahirkan Sea, saya merasa ada yang berbeda. Sinyal seperti saat setelah melahirkan Ray. Tiap hari rasanya lelah tidak berkesudahan. Pagi, siang, sore rasanya gelisah dan cemas. Yang ujungnya adalah AMARAH. 

Saya tidak baik-baik saja

Dulu, ketika melahirkan Ray, saya merasa dipaksa bahagia. Disuruh bersyukur yang ternyata membuat makna blur. Padahal, bersyukur sambil merasakan capek itu tidak apa-apa. Tidak selalu menjadi perempuan yang kuat juga tidak mengapa. Sesekali menampilkan sisi rapuh, juga manusiawi. Sayangnya, saya tidak ada yang mengajari untuk memeluk emosi-emosi negatif itu. Cenderung disuruh mengabaikan dan diburu-buru diusir pergi. Sehingga ketika perasaan itu datang lagi, seperti membangunkan sisa emosi negatif lainnya yang membekas. 

Perasaan tidak nyaman yang mengendap

Sejak kecil, saya dilatih untuk sat set wat wet. Merasa bangga kalau bisa mengerjakan sesuatu dalam satu waktu. Istilah kerennya adalah multitasking. Tapi semakin kesini, saya justru belajar untuk pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa. Kelihatannya mudah, tapi praktiknya menguras tenaga. Karena kebiasaan yang sudah terbangun tadi. Jika tidak melakukan apa-apa, padahal memang waktunya istirahat, rasanya seperti tidak produktif, huhu. 

Setelah melahirkan Sea, memori masa kecil saya hadir. Hal yang dulu saya kira baik-baik saja, ternyata tidak. Saat ini seperti menggerus dan meremas nadi tanpa ampun. Hal ini membuat saya tidak bergairah dan menikmati obrolan dengan Ibu saya. Pola pengasuhan beliau membangunkan memori-memori lain yang membuat saya terluka. 

Saya benci dengan sikap Ibu (dulu) waktu saya masih kecil, tetapi saya merasa kasihan dalam waktu yang bersamaan. Ibu seperti mendikte saya harus bisa apa saja. Mengkritik apa yang saya lakukan. Padahal sebelumnya saya tidak apa-apa. Tapi ternyata saya hanya menahan diri dan memaklumi. Doktrin kalau dikasih tau orang tua tidak boleh membantah dan harus patuh, saya lakukan tanpa sungkan (waktu itu). Dan hari ini, saya seperti terlihat tidak penurut (lagi), karena tidak diberi ruang untuk diskusi. Tidak ditanya apakah saya suka atau tidak. Apakah sedang sedih. Atau perasaan tidak nyaman lain yang tidak mendapatkan validasi. Di sisi lain, saya merasa kasihan pada Ibu. Karena mungkin dulu Ibu tidak atau belum memiliki keterampilan untuk mengolah perasaan anak-anaknya. Bahkan mungkin belum bisa memvalidasi perasaan sendiri. Menganggap dirinya selalu baik-baik saja. Tidak mengizinkan badannya istirahat padahal sedang sakit dan terus mengurus rumah dan keempat anaknya. 

Selama ini kami berdua ternyata tidak terlalu bagus cara komunikasinya. Karena ada penengah Bapak. Saya sefrekuensi dengan Bapak yang sekaligus bisa mempengaruhi keputusan Ibu. Jadi selama menikah, apa yang diputuskan Bapak, maka Ibu akan makmum. Saya cukup ngobrol sama Bapak saja tentang apa-apa, karena pada akhirnya Ibu akan setuju kalau Bapak setuju.Setelah Bapak tidak ada, Ibu seperti hilang arah dan mulai belajar untuk memutuskan apa-apa sendiri. Emosinya pun kacau balau yang berpengaruh pada fisiknya. Yang biasanya check up 1 bulan sekali, jadi ada tambahan fisioterapi 2 minggu sekali bahkan pernah seminggu sekali. 

Menghadapi Ibu

Ada momen dimana Ibu sulit sekali diajak kompromi. Melanggar pantangan Dokter sampai mau menyerah untuk mati saja (karena merasa badannya sakit semua). Kami pernah mengobrol empat mata dan sesenggukan sama-sama, dan ini bisa beberapa kali saking Ibu merasa bingung terhadap perasaan dan badannya. 

Sikap tegas saya dianggap keliru. Ibu merasa sering dimarahi, sehingga hubungan tidak nyaman itu muncul lagi. Ibu butuh terapi tapi tidak mau berangkat. Tidak boleh angkat-angkat berat tapi mentah saja nasihat dokter. Badannya tidak bisa dibohongi, keesokan hari pasti kaku dan tidak bisa jalan. Diskusi dan bujukan-bujukan itu hampir setiap hari saya lakukan. Seperti membujuk Ray yang harus ke dokter untuk vaksin, tapi dengan cara yang elegan tanpa harus ada amarah. 

Kami berdua jatuh bangun mengelola emosi setelah ditinggal orang yang kami cintai. BAPAK. 

Baca juga: merawat orang tua wajib sehat lahir batin

Tidak mudah, tapi harus dijalani. Untuk menghadapi Ibu, saya harus memastikan kalau kondisi badan dan emosi saya harus oke. Karena ketika dalam posisi capek, saya justru akan terpancing marah. Ibu menyuruh saya lebih bersyukur karena punya ina inu. Harus kuat momong anak seperti beliau dulu. Menganjurkan punya anak perempuan yang diulang berkali-kali padahal saya tidak nyaman dan merasa kerepotan. 

"Sekalian repot", ungkapan yang membuat saya marah. Karena yang repot adalah saya, bukan mereka. 

Menghadapi Ibu, mengurus anak-anak, pekerjaan, menjadi istri membuat saya melupakan jadi diri sendiri. Hal-hal ini yang membangunkan inner child saya. Kabar baiknya, saya menyadari sedang tidak baik-baik saja dan tidak sungkan meminta bantuan. 

Post Partum Depresion

Setiap hari merasa kelelahan, malas makan padahal sehari tidak makan, emosi labil, menangis tergugu, napas pendek-pendek, cemas, dada rasanya sesak. Sebulan terakhir kondisi ini yang saya rasakan. 

Koneksi sebagai anak, ibu, istri bahkan diri sendiri seperti hilang. Saya sama Ibu obrolannya memilih topik yang aman, yang tidak menyebabkan kami berdebat panjang. Saya cerita kondisi dan perasaan saya pada suami. Semula kami baik-baik saja dan lebih merasa tenang. Tapi pada akhirnya saya lebih defensif ketika suami tidak bisa memberikan arahan seperti yang saya mau atau butuhkan. 

Sepanjang jalan nangis, rasanya kepala banyak kunang-kunangnya

"Kalau aku capek, aku harus ngapain ya?", saya ingat betul isakan tangis di mobil dan bertanya demikian. Suami menjawab " Istirahat". Jawaban sederhana yang membuat saya marah. Bagaimana bisa istirahat kalau anak-anak nempel terus. Rutinitas yang rasanya membosankan dan melelahkan dari pagi ke pagi lagi. Isi kepala penuh sekali dan saya bingung harus menguraikannya darimana. 

Hingga akhirnya saya menjadwalkan ke psikolog. Btw, suami mungkin juga bingung menghadapi saya. Dan lebih memilih diam karena takut reaksinya membuat saya lebih marah. Padahal saya menganggap diamnya adalah bentuk tidak peduli. Koneksi ini yang membuat kami kaku. Sama-sama merasa serba salah. 

I need help


Selain suami, setiap hari, jika sensasi rasa cemas dan ketidaknyamanan itu mulai hadir, saya whatsapp sahabat saya. Texting segala hal. Dia juga menanyakan hal-hal yang kelihatannya sepele. Ayaa sehat? Sudah makan? Semoga hari ini menyenangkan yaa. Hal-hal seperti itu. 

Ketika bertemu psikolog, belum mulai sesi saja saya sudah bercucuran air mata. Beliau tidak menjeda dan memberikan tisu. 1,5 jam saya menceritakan kondisi saya. Ada beberapa hal yang disarankan yang membuat saya lebih baik (saat ini) 

1. Penerimaan 

Menerima segala perasaan yang ada. Ketika cemas dan emosi hadir, tidak buru-buru diusir. Kalau selama ini selalu mengusir rasa tidak nyaman, dilatih pelan-pelan. 

Saat Dokter menyampaikan hal itu, untuk tahap ini saya sudah menerima kalau sedang tidak baik-baik saja. Berlatih untuk pelan-pelan padahal sebelumnya saya ga tau ilmunya. Dan ternyata saya benar, tinggal melatih dan mengasahnya saja. Plis, jangan denial kalau misal kalian sedang tidak baik-baik saja dan justru pura-pura kuat atau bahagia. Karena menurut saya itu sangat menyakitkan dan menyedihkan :(

2. Memeluk diri sendiri setiap bangun tidur atau mau tidur

Saya diajari memeluk seperti posisi kupu-kupu. Belajar berterimakasih dan minta maaf sama diri sendiri. Untuk hal ini, sebenarnya saya juga pernah dan sempat melakukan, tetapi tidak menjadikannya kebiasaan secara konsisten. 

Selama ini, mungkin kita tanpa sadar terlalu keras pada diri sendiri, sehingga lupa mengapresiasi. Kalau pikiran saya lagi beneran ruwet dan bundet, selain memeluk diri sendiri, saya memanjangkan napas. Teknik yang pernah diajarkan bidan kita saaaaangat bermanfaat untuk pemulihan PPD ini. Sadar napas kalau kita berharga :) 

Baca juga: belajar napas di bidan kita

3. Reframming dan memunculkan memori baik

Kalau kondisi saya saat ini, memori masa kecil berkelindan dan merangsek tanpa permisi. Membuat dada saya sesak. Menjadi Ibu itu seperti ditodong rasa bersalah dari segala arah. Sudah merasa memberikan yang terbaik, tapi ada ruang yang menuntut dengan pertanyaan yang menyerap emosi; apakah keputusanku benar? Apakah sudah menjadi Ibu yang baik? Hingga pada satu titik mengulang mantra "Anak-anakku tidak butuh Ibu sempurna, tapi Ibu yang tenang", sambil menerapkan poin 2.

Jika kenangan buruk pola asuh Ibu yang dulu saya anggap keliru hadir, saya disarankan menghadirkan momen-momen manis dan terbaik dari Ibu. Mencari dan mengingatnya pelan dan berulang *menuliskan ini saja saya bisa menangis*. Saya yakin, Ibu dulu sudah memberikan versi terbaiknya tanpa bermaksud mengabaikan saya. Saya memaafkan dan menghadirkan ingatan baik bersama Beliau. 

4. Beri batasan dan ruang

Kita tidak berteman tidak apa-apa. 5 tahun terakhir sejak menjadi Ibu, circle saya mengerucut. Merasa tidak harus berkewajiban untuk memiliki teman yang banyak. Percaya diri melakukan apa-apa sendiri yang bagi sebagian banyak orang terasa aneh. Ternyata makan atau nonton sendiri memberikan ruang untuk mengenal lebih jauh apa mau kita tanpa harus pura-pura. 

Memberikan batasan apa yang perlu dipikirkan atau apa yang perlu diabaikan. Jangan sampai kita justru terbalik melakukan keduanya. Caranya bagaimana? Ada di poin 5.

5. Journalling

Menuliskan hal-hal yang membuat kita harus atau tidak harus dilakukan. Menuliskan apapun yang kita rasakan ternyata bisa lebih membuat lega. Untuk hal-hal yang lebih privasi, saya menulis dengan tangan di buku. Tulisan di blog ini saya publish untuk mengenang, bahwa nanti ketika saya insya allah lulus dari PPD, saya bisa membacanya sambil tersenyum :) 

Untuk yang merasa tidak baik-baik saja, pelan-pelan pulih ya. Rasakan sensasinya. Khususnya yang sedang mengalami PPD. Jangankan mengurus bayi, memeluk diri sendiri rasanya butuh energi. Tidak apa-apa. Rasamu valid. Tidak perlu membandingkan dengan yang lain prosesnya. Karena semua memiliki path masing-masing. 

Tidak melulu lekas pulih demi bayimu, tapi untukmu terlebih dulu. Himpun seluruh hal baik untuk mendukungmu. Siapapun yang membuat nyaman, genggam erat-erat dan peluk mereka agar bisa tersalur energi positifnya. 


Tertawa itu hanya chasingnya.  Tapi Rasa tenang itu ada dalam hati yang tahun ini aku usahakan setengah mati

Ketika kamu merasakan hal sama di atas dan mengganggu aktifitas sehari-hari, cari bantuan profesional. Curhat pada teman, keluarga bahkan suami belum tentu menjadi jalan keluar karena memang mereka mungkin tidak paham harus apa dan bagaimana. Ke psikolog atau psikiater bukan berarti kamu gila, justru kalau kamu tidak diobati akan mengarah kesana. Ke Dokter tidak melulu diresepkan obat, diagnosis yang tepat akan membantumu pelan-pelan pulih. 

Mari songsong 2023 dengan berani dan berenergi! :) 


Read More »

Kamu



Kamu, yang selalu bisa mengeja keras kepalaku

Ada hal yang setidaknya dalam perkawinan itu tidak diajarkan sebelumnya. Kita dipaksa otodidak harus paham, padahal kalau dipikir lagi, kita sedang melakukan akad panjang, yang kalau bosan harus tau bagaimana cara menyiasati. Jika marah harus bisa memberikan puk-puk pada hati.

Kamu, yang sama-sama mau belajar mengarungi labirin ini. Menertawakan banyak hal. Aku selalu bersyukur, karena meski aku ingin menyerah berkali-kali, kamu tetap menggenggam erat jemarin. Menelangkupkan ke ruasnya. Memastikan bahwa biduk ini akan berlayar. Pelan.

Read More »